Melihat Budi Daya Semut Angkrang di Desa Kembiritan

Ridwan: Budi Daya Angkrang Kroto

Bisnis tanpa Modal, Dapat Informasi dari Google

Telur semut angkrang atau lebih dikenal dengan nama kroto biasanya didapat dengan cara mencari di sarang semut di pepohonan. Namun, Ridwan, 38, warga Dusun Temurejo, Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, mencoba beternak semut angkrang di rumahnya. Hasilnya ternyata cukup lumayan.

Rumah Ridwan di RT 1, RW 3 Dusun Temurejo, Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, terlihat sederhana dan berhadapan dengan sawah. Siang itu di sekitar rumah itu terlihat sepi.

Belum lama berdiri, dari dalam rumah terlihat pria tinggi yang tubuhnya sedikit kurus. Setelah sempat ngobrol sesaat, pria yang tidak lain bernama Ridwan itu langsung mengajak Jawa Pos Radar Genteng ke sebuah ruangan di belakang rumah. Ruang yang seperti kandang ayam itu berdinding anyaman bambu.

Di ruangan itu terdapat dua rak yang diberi penyangga. Setiap kaki penyangga diberi gelas berisi air. Ratusan botol bekas minuman kemasan dan stoples plastik tertata rapi di atas rak itu. Kawanan semut berwarna merah kecokelatan teriihat berkerumun di dalam botol tersebut.

Inilah kandang semut angkrang yang dibudi daya Ridwan sejak dua tahun lalu. Wawan, sapaan Ridwan, memang memiliki kegiatan sampingan menjadi peternak semut angkrang. Angkrang mempakan semut penghasil kroto sebagai makanan pokok burung.

Saat sedang musim, Wawan bisa menjual kroto sekitar 1,5 kilogram (Kg) setiap dua pekan sekali. Harga kroto mulai Rp 80 ribu per kilogram hingga Rp 100 ribu per Kg. "Hasilnya cukup lumayan." katanya.

Wawan memulai aktivitas budi daya semui angkrang setelah kesulitan mencari kroto di alam terbuka. Saat itu dia mulai berpikir kemungkinan menghasilkan kroto tanpa harus bersusah payah mencari di hutan atau blusukan ke ladang milik warga. "Saya buka Google, ternyata angkrang bisa di ternak," ujarnya.

Berbekal keterangan yang diperoleh di internet itu, Wawan segera memulai. Tahap pertama dia menyiapkan tempat untuk koloni angkrang. "Saya siapkan tempatnya dulu dari botol bekas minuman kemasan dengan dilubangi," jelasnya.

Untuk menghindari kemungkinan semut angkrang berkeliaran ke rumah. Wawan menaruh setiap kaki penyangga rak diberi gelas dan botol yang berisi air. Dengan demikian, angkrang tidak bisa keluar dari lokasi tersebut. Tapi, angkrang juga ada yang nekat menyeberangi air. "Saya lupa memberi pakan, angkrang keluar," ujarnya.

Setelah lokasi untuk sarang disiapkan, langkah selanjurnya adalah mencari semut angkrang di alam. Setelah dapat, ditaruh di tempat yang sudah disiapkan itu. Dengan sendirinya, angkrang akan membuat sarang di dalam botol tersebut. "Mereka akan membuat sarang sendiri, rumahnya dari dalam tubuhnya angkrang," jelasnya.

Angrang yang paling baik itu, ternyata yang membuat sarang di pohon, bukan di pucuk pohon. Semut angkrang yang berada di pohon, itu biasanya memiliki telur yang banyak. "Ada tiga jenis angkrang, dari ketiga jenis itu hanya satu yang bisa diternakkan," terangnya sambil menyampaikan angkrang yang bisa diternak itu yang telurnya paling kecil.

Modal yang dikeluarkan untuk memulai ternak angkrang ini tidak terlalu tinggi. Malahan, saat memulai tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. "Botol banyak berserakan, kalau beli harganya itu antara Rp 300 sampai Rp 500 per botol," ungkapnya.

Suami Puji Atutik itu menyampaikan dalam budi daya ini asap rokok dan aroma dapur, termasuk penghambat poses perkembangbiakan semut angkrang. "Asal jangan sampai ada asap rokok atau aroma bumbu," katanya.

Jika usaha ini dijadikan kegiatan serius, sebenarnya cukup menjanjikan. Sebab, permintaan pasar cukup tinggi dengan banyaknya peminat hnhi burung. Selain itu, penggila pancing juga membutuhkan kroto untuk umpan." Bisa dijadikan sampingan, tapi cukup lumayan jika serius," cetusnya. (RaBa)

Related Posts:

0 Response to "Melihat Budi Daya Semut Angkrang di Desa Kembiritan"

Posting Komentar