Kerja Keras Penjual Bibit Cabai di Dusun Bodean, Kabat

Kerja Keras Penjual Bibit Cabai di Dusun Bodean, Kabat

Meski harga cabai kadang meroket, tapi tak pernah diimbangi dengan naiknya harga bibit. Di Dusun Bodean, Desa/Kecamatan Kabat, ada seorang penjual bibit yang tak pernah menaikkan harga dagangannya.

Tidak sulit menemukan penjual bibit cabai di Dusun Bodean, Kabat. Lokasinya sekitar 50 meter sebelum memasuki areal persawahan di Dusun Bodean. Penjual bibit cabai itu adalah sepasang suami istri yang telah lanjut usia. Mereka bernama Husnan, 80 dan Naswah, 65.

Kedua orang tersebut sudah berjualan bibit sejak tahun 2005. Sebelumnya, mereka berdua bekerja sebagai buruh tani. Setelah sang suami mulai merasa kesehatannya terganggu dan terkena penyakit katarak, akhirnya mereka beralih berjualan bibit cabai.

Awalnya, benih cabai mereka dapatkan dari cabai-cabai sisa panen yang mereka beli kepada petani sekitar, berhubung hasilnya kurang bagus, Husnan dan Naswah membeli benih di toko. Sebungkus benih seharga Rp 25 ribu bisa menghasilkan 5.000 bibit cabai.

Kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi Husnan dengan senang hati menunjukkan cara meletakkan benih cabai. Caranya, sebuah biji cabai yang baru diambil dari kemasan dimasukkan ke dalam tanah yang dibungkus plastik tipis dan kecil. Tanah itu dibeli dari salah seorang tetanga seharga Rp 10 ribu perkarung.

Jika sudah selesai, semua tanah berisi benih itu disiram dengan air. Kemudian, benih-benih itu ditutupi kardus. Hal Itu dilakukan supaya tanah di dalam plastik itu tetap lembap. Menurut Husnan, satu minggu kemudian akan muncul bibit cabai. "Tanah yang digunakan sebagai media menyamai benih itu adalah tanah subur yang mengandung kotoran hewan dan bekas tumbuhan. Yang memasukkan harus Bapak (Husnan), kalau tidak biasanya susah tumbuh," terang Naswah.

Kemudian, setelah muncul bibit mirip kecambah, bibit-bibit cabai itu harus dirawat secara khusus. Bibit itu harus dirawat sampai usia satu bulan atau hingga tumbuh tiga daun. Namun demikian, ada juga yang dirawat sampai dua bulan agar hanyak daun yang tumbuh. "Bibit cabai siap tanam yang baik usianya dua bulan, karena cukup kuat," ujarnya.

Naswah pun memperlihatkan beberapa bibit cabai usia dua bulan yang dia rawat. Semua tampak segar karena dirawat dengan baik. nyak daun yang tumbuh. "Bibit cabai siap tanam yang baik usianya dua bulan, karena cukup kuat. "Kadang dikasih obat agar bibit tidak diserang hama kalau sudah dua bulan, sudah kuat," terangnya.

Pembeli bibit yang dijual Naswah dan Husnan ternyata tak hanya petani di wilayah Kabat saja. Naswah mengaku, tidak sedikit pembeli yang datang dari Singojuruh, Ketapang, dan Wongsorejo. Padahal, menurutnya, tidak ada yang istimewa dengan bibit produksinya.

Naswah mengaku menjual bibit cabai seharga Rp 15 ribu per 100 hibit dan Rp 12.500 per 100 bibit usia di bawah dua bulan. Harga itu tidak pernah berubah sejak dia berjualan bibit sepuluh tahun silam. "Kata orang suruh naikkan, tapi biar saja, kasihan yang beli," ujarnya.

Terkadang beberapa tetangga Naswah memesan bibit cabai kepadanya. Harganya bisa turun sampai separo harga biasa, yaitu Rp 7.500 per 100 bibit. "Tapi sebenarnya saya tidak mau minta bayaran," aku Naswah.

Dalam sekali pembibitan, Naswah biasanya bisa memproduksi sekitar 4.000 bibit. Karena tidak memiliki lahan luas. Dia hanya bisa memproduksi jumlah terbatas. Apalagi, suaminya sudah mulai sakit-sakitan, sehingga hanya sesekali membantu membungkus tanah dengan plastik berukuran kecil.

Dalam membungkus 4.000 bibit cabai, keduaorang tua yang hidup di tanah milik saudaranya itu membutuhkan waktu sekitar empat hari. Prosesnya adalah, memasukkan tanah ke dalam plastik, memasukkan benih, lalu menyirami. "Jarangsekarang orang mau bekerja seperti ini apalagi orang tua. Namun, kami harus tetap tekun, sopo weroh biso sogeh," ungkap Naswah sambil tertawa. (RaBa)

Related Posts:

0 Response to "Kerja Keras Penjual Bibit Cabai di Dusun Bodean, Kabat"

Posting Komentar