In Memoriam Penyanyi Kendang Kempul Banyuwangi Alif S

Penyanyi Kendang Kempul Banyuwangi Alif S

Aduh Rehana... Ison yo seng kuwat, ndeleng riko kari seng ono liyane.

Kira-kira seperti itulah kutipan lirik lagu berjudul "Rehana" yang pernah dipopulerkan Alif S., penyanyi kendang kempul asal Kecamatan Genteng yang tutup usia pada usia 57 tahun Jumat lalu (3/4). Bagaimana sosok almarhum semasa hidup di mata kerabatnya?

Alif S. memiliki nama asli Khoirul Alif. Dia lahir dari pasangan Abu Bakar (alm) seorang warga keturunan Pakistan dan Masratik Akim, 72. Anak kedua dari sembilan bersaudara itu memiliki bakat menyanyi sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Rahman Hakim, 35, adik kandung Alif, menceritakan sekelumit kisah hidup penyanyi kendang kempul itu kepada Jawa Pos Hadar Banyuwangi.

Di saat penyanyi kendang kempul itu meninggal dunia Jumat (3/4) pagi, puluhan penyanyi yang pernah ngetop di era 1990-an dan beberapa seniman lain hadir untuk memberikan penghormatan terakhir. Banyakyang tidak menyangka penyanyi yang pernah memopulerkan tembang "Rehana" ini begitu cepat dipanggil sang pencipta.

Di antara sekian banyak pelayat yang hadir, salah satu orang yang paling mengetahui kondisi Alif adalah Shella, 46. Dia adalah orang pertama yang melihat Alif mengembuskan napas terakhir. Hubungan Shella dan Alif sudah berlangsung lebih dari 23 tahun. Saat itu Shella menjadi orang yang mengatur tata rias Alif, termasuk akomodasi dan keperluan lain saat menyanyi. Dengan kata lain, tugasnya bisa dibilang mirip manajer artis.

Mereka tinggal bersama di rumah Shella di Dusun Kejoyo, Desa Tambong, kecamatan Kabat. Sampai kemudian delapan tahun lalu, ketika karir Alif semakin meredup, pelantun lagu "Udan Awu" itu tiba-tiba pergi.

Shella mengira saat itu Alif terjerat kebutuhan finansial yang mendesak, sehingga tidak ingin merepotkan dirinya. Setahun kemudian, ketika mengetahui Alif ternyata menempati salah satu warung di Terminal Rogojampi dan menjadi penjual kopi. Shella sempat mengajak Alif pulang. Namun, permimaannya ditolak.

Dan baru Kamis (12/3) lalu Alif tiba-tiba muncul kembali di depan rumah Shella diantar seorang tukang ojek. Ketika itu kondisi Alif sudah lemas dan sakit. Shella pun sempat menyarankan agar Alif pulang ke rumah ibunya di Kecamatan Genteng, tapi Alif tidak mau. "Waktu itu saya minta dia pulang ke rumah orang tuanya. Tetapi, dia ngomong, Riko wes seng kuwat tah ngerawati ison. Saya tidak tega melihatnya. Lalu, sampai meninggal dunia, dia tinggal bersama saya," kata Shella.

Di mata Shella, Alif merupakan sosok yang sangat suka bercanda. Bahkan, sebelum meninggal dunia, berulang kali Alif meminta dibacakan Yasin. Alasannya, agar jika tiba-tiba meninggal, dirinya tenang karena sering dibacakan ayat suci. "Saya beberapa kali memarahinya karena yang dibicarakan masalah mati terus, tapi Mas Alif malah tertawa. Waktu meninggal, saya lihat wajahnya tenang sekali," kenang Shella.

Sementara itu, penyanyi kendang kempul lain, Sumiyati, 56, juga memiliki kenangan dengan Alif. Sejak Alif tinggal di Terminal Rogojampi, dirinya memang jarang bertemu. Tetapi, selama masih sering menyanyi dulu, Alif selalu berbagi dengan Sumiyati tentang cara menghayati lagu. Alif pun pernah ditawari Sumiyati tinggal di rumahnya, tapi Alif tidak mau.

Terakhir, Sumiyati menceritakan terakhir kali dirinya benemu Alif pada pertengahan Maret. Saat itu Sumiyati mengajak Alif rekaman lagi lagu-lagu lama mereka. Alif menyanggupi permintaan Sumiyati itu dengan syarat kepalanya tidak didorong-dorong. "Mas Alif senang sekali ketika diajak rekaman lagu lama. Tapi ya itu, dia bilang hang penting endas ison ojo dis undung-sundungaken nawi mati engko,” kata Sumiyati menirukan kata-kata Alif.

Subari Sofyan, salah satu seniman gaek Banyuwangi mengatakan, sosok Alif bagaikan guru di bidang seni. Sampai mendekati akhir usianya, Alif nyaris tidak memiliki apa pun. Tetapi, Subari melihat sosok penyanyi asal Genteng itu adalah orang yang tegar dalam menghadapi kehidupan. "Dua hari sebelum meninggal, saya sempat bertemu Mas Alif. Dia adalah sosok yang sangat mencintai seni dan seorang seniman bertalenta tinggi. Semoga jalannya dilapangkan," kata Subari.

Usai pemakaman, para penyanyi dan seniman yang hadir sepakat akan menyanyikan lagu-lagu Alif dalam acara perkumpulan penyanyi kendang kempul. Empat lagu yang sudah dinyanyikan Alif dan sempat direkam sebelum meninggal pun kemungkinan akan diudarakan sebagai penghormatan kepada almarhum Alif. Meski sudah tak lagi ada di dunia ini, tapi lantunan suara Alif masih terus dapat didengarkan, seperti dalam lagu "Konco lawas, Rehana, Elek-elek Ngerejekeni, dan Udan Awu”. (RaBa)

Related Posts:

0 Response to "In Memoriam Penyanyi Kendang Kempul Banyuwangi Alif S"

Posting Komentar