Eko Budi Winyoto, Pelukis Potret yang Masih Eksis

Eko Budi Winyoto, Pelukis Potret yang Masih Eksis

Dalam waktu yang tidak lama, goresan-goresan tangan dengan menggunakan tinta serbuk membuat satu lukisan potret terselesaikan. Kelihatan mudah, namun tidak semua orang bisa mengerjakannya.

Melukis memang sudah menjadi hobi bagi Eko Budi Winyoto sejak kecil. Sampai saat ini, melukis adalah bagian dari hidupnya yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan, melukis bagi dirinya sudah dijadikan sebagai mata pencarian dalam kehidupan sehari-harinya.

Bapak satu anak kelahiran Blitar 10 November 1971 ini adalah seorang pelukis potret yang sampai saat ini masih eksis di Banyuwangi. Jika melewati Jalan Letkol Istiqlah, tepatnya di barat perempatan lampu merah Singomayan pasti akan menjumpai Eko sedang memamerkan lukisan-lukisan karyanya.

Dia berharap ada pelanggan yang ingin dilukis. Eko ngepos di tempat tersebut mulai pukul 08.00 hingga 17.00. Dia selalu setia "ngemper" di trotoar barat lampu merah tersebut. Namun, sejak hujan sering mengguyur Banyuwangi akhir-akhir ini membuat Eko lebih sering menerima pesanan dan membuat karya lukisan di rumah kontrakannya di lalan Dedali Putih No 2, Kelurahan Temunggungan, Banyuwangi. Meski tidak "ngemper" di trotoar, hal tersebut tidak menyurutkan pelanggan setia yang ingin dilukis kepadanya.

Pelanggannya juga tidak segan untuk datang ke rumah Eko agar bisa dilukiskan sesuai yang diinginkan. Saat faiva Pos Radar Banyuwangi datang ke rumah Eko, pria asli Blitar ini sedang menyelesaikan satu karya lukisan potret pesanan pelanggannya. Terlihat, tangan kiri memegang foto yang sudah jadi, tangan kanannya sibuk menggoreskan tinta serbuk di atas kertas.

Sembari menyelesaikan satu lukisan pelanggannya, Eko menceritakan mengapa melukis sampai saat ini dijadikan pekerjaannya. "Melukis ini sudah menjadi hobi, tidak ada keahlian lain selain hobi saya ini. Makanya saya bertahan sampai saat ini," kata Eko.

Bertahannya Eko menjadi pelukis potret karena pelanggan yang ingin dilukis tidak pernah surut. Hal tersebut juga menjadi alasan mengapa dia bertahan untuk menekuni menjadi pelukis potret. "Yang minta dilukis masih ada, makanya saya masih bertahan sampai sekarang. Kalau tidak ada pelanggan, mungkin saya tidak bekerja sebagai pelukis," terangnya.

Sebelum datang ke Banyuwangi, Eko sudah melanglang buana di berbagai kota besar di Indonesia. Sejak masih bujang, dia sudah menjadi pelukis potret di jalanan. Sebut saja Surabaya, Malang, Bandung, Jakarta dan Pulau Bali. Beberapa kota-kota besar tersebut pernah dia singgahi untuk mencari rezeki sebagai pelukis potret.

Dia mengaku sudah berada di Banyuwangi sejak 20 tahun yang lalu. Dia bisa bertahan lama di Banyuwangi sejauh ini juga karena pelanggannya tidak pernah habis. Tidak seperti di kota-kota lain yang pernah dia singgahi, pelanggannya makin tahun makin menurun. "Di Banyuwangi ini ada saja pelanggannya," ujar Eko sambil melukis.

Biasanya, pelanggan yang ingin dia lukiskan itu kebanyakan dari kalangan pelajar atau anak-anak muda. Namun, tidak sedikit juga dari kalangan orang tuayangingin memesan lukisan foto kepada dirinya. Biaya yang murah dari lukisannya dan sangat cocok digunakan sebagai kenang-kenangan juga menjadi alasan mengapa anak muda yang banyak memesan lukisan kepada dirinya. "Kadang dibuat kado ulang tahun untuk pacarnya atau juga dibuat hadiah pernikahan. Yang banyak memang dari pelajar yang pesan," jelas pelukis yang hanya tamatan SMA ini.

Ternyata, untuk satu lukisan ukuran 16, dia tidak mematok harga yang mahal. Cukup dengan uang Rp 75 ribu, satu gambar foto yang diinginkan bisa tergores indah di atas kertas dengan media serbuk tinta. "Harga tergantung ukuran dan kesulitan dari foto yang akan saya lukis. Ini menggunakan kertas linen," katanya.

Penggunaan kertas linen juga bukan tanpa alasan, selain karena harganya yang sangat murah. Kertas linen juga dirasa cocok untuk lukisan yang menggunakan serbuk tinta tersebut. Dengan harga-harga bahan dasarnya yang sangat murah tersebut juga diharapkan bisa sesuai dengan harga jual lukisan yang dirasa sangat murah. "Harga lukisan saya ini tergolong murah, di Malang untuk ukuran lukisan 16 RS bisa mencapai Rp 250 ribu," tambahnya.

Meski harga lukisan yang dia jual tergolong murah, namun dia tetap bertahan demi pelanggannya. Dia tidak berani memberikan harga yang mahal kepada pelanggan karena takut kehilangan pelanggan nantinya. Sebab, di Banyuwangi menurutnya, karya lukisan dengan harga Rp 75 ribu saja kadang masih ada yang menawar. "Padahal sudah termasuk murah, tapi ya kadang masih di tawar, tapi ya enggak apa-apa, kalau foto yang digambar mudah saya berani memberi harga murah," katanya.

Harga murah sebuah karya lukisannya juga menjadi alasan mengapa pelanggan masih ada saja sampai saat ini. Bisa kita bayangkan, jika memesan lukisan dari para pelukis-pelukis ternama harga lukisan bisa mencapai puluhan juta. Bahkan bisa mencapai miliaran. "Dulu sebelum harga-harga pokok dapur naik, harga lukisan ukuran 16rs hanya Rp 50 ribu. Karena harga pokok dapur naik, saya naikkan sedikit harganya saat ini menjadi Rp 75 ribu," ujarnya sambil tersenyum kecil.

Keahlian melukis yang dia punya ternyata dari belajar otodidak. Tidak ada yang mengajari dia untuk menjadi pelukis sejak masih kecil. Gambar-menggambar adalah kesibukan lain yang tidak pernah dia pisahkan dalam kesehariannya sejak kecil. (RaBa)

Related Posts:

0 Response to "Eko Budi Winyoto, Pelukis Potret yang Masih Eksis"

Posting Komentar