Sentra Kerajinan Putri Using Stone Carving

Sentra Kerajinan Putri Using Stone Carving

Modal Awal Rp 50 Ribu, Kini Omzetnya Rp 36 Juta Sebulan

Bakat adalah harta yang tidak ternilai harganya. Bakat yang tersalur dengan baik mampu mendatangkan keuntungan berlipat. Bukan hanya kepuasan batin, tapi juga materi. Seperti dialami Atim Ismail.

Patung berbentuk perempuan menggendong gentong air berdiri di tepi jalan Raden Wijaya, Kelurahan/Kecamatan Giri. Tidak jauh dari patung berukuran sekitar I,4 meter itu tampak beberapa balok menyerupai beton berwarna putih. Balok-balok tersebut berjejer di area yang berlokasi hanya beberapa meter di sebelah selatan perlintasan kereta api (KA) yang membelah Jalan Raden Wijaya tersebut.

Suara tok-tok-tok menyerupai orang memukul benda keras pun terdengar dari area itu. Belakangan diketahui, tempat itu merupakan tempat produksi patung plus berbagai ornamen rumah berbahan batu cadas.

Di pelataran sebelah selatan bangunan yang sekaligus dimanfaatkan sebagai gudang penyimpanan karya seni itu tampak dua pemuda tengah memahat patung. Tangan mereka begitu cekatan memainkan mata pahat untuk membentuk bagian demi bagian patung.

Ya, benda seni bernilai estetika tinggi itu benar-benar made in Banyuwangi. Tidak hanya dibuat di kabupaten berjuluk Sunrise of Java ini, para perajin pun merupakan putra daerah Bumi Blambangan, tepatnya asal Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro.

Supri, 30, salah satu pemahat patung tersebut mengatakan, pemilik sentra kerajinan Putri Using Stone Carving itu berasal dari Desa Kelir. "Begitu juga dengan saya. Saya juga berasal dari Kelir," ujarnya.

Supri menuturkan, memahat patung berbahan cadas harus ekstra hati-hati. Sekali salah memahat, maka kesalahan itu tidak bisa diperbaiki. Sebab, batu cadas tidak bisa ditambal. "Karena harus ekstra hati-hati, pengerjaan satu patung setinggi 1,4 meter ini bisa membutuhkan waktu sampai sekitar satu pekan," ujarnya.

Tak lama berselang satu laki-laki yang mengendarai motor tiba di lokasi. Ternyata dia adalah sang pemilik pusat kerajinan patung tersebut. Dialah Atim Ismail alias Amang, 36.

Usut punya usut, Putri Using Stone Carving telah berdiri di Banyuwangi sejak sekitar empat tahun lalu. Awalnya, Amang membuka usaha di Bali. Kemudian, dia memindahkan usahanya dari Pulau Dewata ke Kelurahan Giri dengan alasan memudahkan kontrol. "Kedua anak saya sudah sekolah. Mereka juga mengaji. Begitu juga dengan karyawan kami. Jadi, saya pikir lebih baik membuka usaha di Banyuwangi. Saya bisa dekat dengan keluarga, dan mengontrol pekerjaan juga mudah," kata ayah dua anak tersebut.

Amang pun menceritakan awal perjalanannya hingga menjadi pengusaha patung dan ornament berbahan batu cadas. Awalnya, Amang bekerja sebagai pemahat di salah satu pengusaha patung di Bali.

Setelah tiga tahun bekerja, pada tahun 2000 dia memutuskan membuka usaha sendiri. Uang sebesar Rp 1,5 juta dia gunakan untuk menyewa lahan plus membuat bangunan tempat usaha.

Lantaran dananya cukup mepet, Awang hanya memiliki uang senilai Rp 50 ribu untuk modal awal usahanya. Uang Rp 50 ribu itu dia gunakan membeli dua balok cadas. Lama-kelamaan usaha yang ditekuni Amang itu berkembang.

Bahkan, dia mengaku tidak jarang melayani pesanan wisatawan mancanegara asal Eropa hingga Amerika Latin. "Tetapi, setelah membuka usaha di Banyuwangi, saya hanya melayani pesanan art shop di Bali. Sebab, jika melayani tamu asal luar negeri, pembayaran baru dilakukan saat pesanan diambil, dan itu membutuhkan waktu sampat empat bulan. Padahal, modal kan harus terus berputar," terangnya.

Menurut Amang, saat ini usaha miliknya itu berhasil memproduksi 12 patung dalam sebulan. Patung setinggi 1,4 meter dijual seharga Rp 3 juta. Jika dikalkulasi, omzet per bulan yang berhasil diraih mencapai Rp 36 juta.

Amang menuturkan, keterampilan memahat patung itu dia dapat secara otodidak. Dia mengaku memang memiliki bakat alami mematung. "Bahkan, saat masih SD, saya sering membuat patung dengan tanah liat,” kenang alumnus SDN 1 Kelir tersebut.

Seolah menegaskan pernyataan karyawannya, Amang mengatakan bahwa membuat patung berbahan cadas zero toleransi terhadap kesalahan. "Kalau salah tidak bisa diubah. Beda dengan patung berbahan semen, kalau salah masih bisa ditambal," kata dia.

Masih kata Amang, saat ini Banyuwangi getol mempromosikan pariwisata. Menurut dia, barang kerajinan, termasuk patung, bisa menjadi salah satu penopang pariwisata di kabupaten ujung timur Pulau Jawa ini.

Amang mengaku butuh wadah bagi para seniman seperti dirinya untuk memasarkan produknya. "Kami butuh wadah untuk bisa memasarkan karya kami secara langsung kepada konsumen. Kami berharap pemerintah memfasilitasi," pungkasnya. (RaBa)

Related Posts:

0 Response to "Sentra Kerajinan Putri Using Stone Carving"

Posting Komentar