Ekspedisi Budaya ke Bekas Kerajaan Blambangan Kuno di Watukebo, Wongsorejo (2)

Tim Ekspedisi Radar Banyuwangi

Banyaknya temuan pecahan tembikar dan porselen di kawasan hutan jati Dusun Tangkup, Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo, menjadi perhatian tersendiri bagi Tim ekspedisi Jawa Pos Radar Banyuwangi (JP-RaBa) bersama Dewan Kesenian Blambangan (DKB).

TIM ekspedisi sempal tercengang begitu menginjakkan kaki di kawasan hutan jati tak jauh dari mega proyek pembangu nan Waduk Bajulmati tersebut. Tim ekspedisi seolah tak percaya ketika melihat kepingan tembikar dan porselen berserakan di kawasan tersebut.

Ditemani anggota ekspedisi dari desa setempat, yaitu Jumari, Nyoto, Rozak, dan Kepala Dusun Badolan bernama Jumadi, tim ekspedisi semakin bersemangat melanjutkan perjalanan mencari pecahan-pecahan tembikar dan porselen lain. Kali ini tim ekspedisi didatangi anggota baru, yaitu Hubaidillah alias Pak Obet. Dia adalah seorang pengamat batu asal Sumenep, Pulau Madura.

Jenis tembikar yang kami temukan berbeda-beda bentuknya. Kepingan tersebut merupakan pecahan berbagai jenis tembikar. Tidak hanya tembikar, tim ekspedisi juga melihat pecahan porselen berserakan di atas tanah. Berdasar motif dan warnanya, porselen tersebut sangat beragam.

Tim ekspedisi memprediksi, jenis tembikar dan porselen yang berserakan di hutan seluas sekitar sepuluh hektare tersebut mencapai puluhan. Sebab, bentuk dan warna pecahan-pecahan yang ditemukan tim ekspedisi berbeda-beda. "Pecahan-pecahan tembikar dan porselen tersebar di hutan ini hingga radius sekitar 10 hektare," sebut Kepala Dusun Badolan, Desa Watukebo, Jumadi.

Yang menarik, tim ekspedisi menemukan pecahan porselen yang terdapat tulisan China. Temuan itu semakin meyakinkan bahwa benda-benda itu merupakan peninggalan masa lampau. Tidak hanya tulisan China, di setiap pecahan porselen yang ditemukan itu juga terdapat gambar. "Ukuran pecahan tembikar dan porselen yang ditemukan tim ekspedisi di dalam hutan cukup besar. Mungkin karena jarang dilewati orang, jadi pecahan porselen dan tembikar tersebut relatif masih besar. Di hutan ini pecahan porselen yang kita temukan lebih banyak dibanding yang ditemukan di bekas Keraton Macan Putih di Desa Gombolirang," kala MH. Qowim, anggota tim ekspedisi.

Pecahan tembikar dan porselen

Jumadi menambahkan, dalam dua tahun terakhir dia menemukan banyak pecahan-pecahan tembikar dan porselen berbagai jenis. Dia menyimpan sebagian temuan tersebut di rumahnya. “Yang saya simpan di rumah itu yang masih agak utuh. Saya selamatkan biar tidak diambil orang lain," kata Jumadi.

Sementara itu, MH. Qowim, salah satu anggota DKB yang pernah melakukan ekspedisi dan ekskavasi di bekas Keraton Macan Putih, menyebut dibandingkan tembikar dan porselen yang ditemukan di bekas Keraton Macan Putih di Desa Gombolirang, Kecamatan Kabat, tembikar dan porselen yang ditemukan di Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo, lebih banyak. Selain lebih banyak juga lebih variatif. "Baik warna maupun ornamennya, porselen yang ditemukan di sini lebih banyak dan variatif, " katanya.

Salah satu anggota DKB tersebut menduga hal itu diakibatkan lokasi bekas peradaban Blambangan kuno di Desa Watukebo itu jauh dari permukiman warga. Selain ini, kawasan tersebut juga masuk wilayah instansi tertentu. Sehingga tidak sembarang orang bisa melakukan aktivitas di lokasi tersebut. Sementara itu, bekas Keraton Macan Putih di Desa Gombolirang dekat dengan permukiman, sehingga artefak- artefak yang tertinggal dari peradaban lama itu lebih mudah dijangkau "tangan tangan jahili". Apalagi, lahan bekas Keraton Macan Putih kini menjadi hak milik perorangan. "Jadi, terserah yang punya lahan mau diapakan artefak-artefak yang tersisa itu," sebut peneliti bahasa Oseng tersebut.

MH. Qowim menyebut, secara kasat mata porselen yang ditemukan di Desa Watukebo banyak kesamaan dengan yang ditemukan di Desa Gombolirang. Selain diduga sama-sama berasal dari Tiongkok, juga diduga berasal dari dinasti yang sama. "Warna dan ornamen porselen yang ditemukan di dua lokasi Itu sangat mirip, termasuk ketebalannya. Tetapi, perlu diteliti lebih mendalam apakah ada kaitannya dengan peradaban Macan Putih," katanya.

Namun demikian, MH. Qowim menduga peradaban di Desa Watukebo tetap lebih tua ketimbang Keraton Macan Putih. Itu didasarkan pada tidak adanya satu pun "sejarah" yang mencatatnya termasuk Belanda.

Lebih lanjut MH. Qowim menduga, sama seperti dengan porselen yang ditemukan di Desa Gombolirang, porselen yang ditentukan di Desa Watukebo berasal dari Tiongkok. Itu di buktikan dengan beberapa pecahan porselen yang terdapat empat huruf China. Terkait hal itu, MH. Qowim belum bisa memberikan komentar karena akan diteliti dulu bunyi dan arti tulisan lersebut. "Saya tidak bisa berbahasa China maupun membaca tulisan China. Jadi, harus dibaca oleh ahlinya dulu," pungkasnya. (RaBa)

Related Posts:

0 Response to " Ekspedisi Budaya ke Bekas Kerajaan Blambangan Kuno di Watukebo, Wongsorejo (2)"

Posting Komentar